Eksplorasi.id – Kota Solo yang menjadi salah satu dari tujuh kabupaten/kota di Indonesia yang ditetapkan menjadi proyek percontohan dalam percepatan pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) masih kesulitan bahan baku sampah.
“Hanya Kota Solo yang masih kesulitan bahan baku sampah,” kata Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Pemkot Surakarta Hasta Gunawan di Solo, Jumat.
Hal itu, lanjutnya, terungkap saat Rakor Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah yang diikuti pemerintah kabupaten/kota eks Keresidenan Surakarta, Asisten Debuti Infrastruktur Pertambangan dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Yohannes Yudi Prabangkara, serta Direktur Pengolahan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) R. Sudirman di Solo, Kamis (31/3).
Dikatakan untuk mewujudkan pembangkit listrik tersebut diperlukan 1.000 ton sampah per hari, seperti yang telah ditetapkan pemerintah pusat. Sedangkan enam kota besar lainnya DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surabaya, dan Kota Masakasar sudah mampu menghasilkan sampah 1.000 ton per hari.
“Sampah di Solo per hari hanya 260 ton. Artinya ada kekurangan 740 ton sampah yang harus dicukupi untuk mengolahnya menjadi sumber energi listrik,” kata Hasta.
Ia mengatakan sesuai pasal 2 ayat 2 Perpres 18/2016, jumlah sampah yang menjadi urusan Kota Solo belum mencapai kebutuhan 1.000 ton per hari untuk pembangkit listrik berbasis sampah maka pembangunan dilakukan dengan bekerja sama kabupaten lain di eks Keresidenan Surakarta.
Eksplorasi | Epung