Eksplorasi.id – Proyek pengembangan Lapangan Jangkrik yang berlokasi di Blok Muara Bakau, Selat Makassar, sekitar 100 kilometer di timur Balikpapan, dilokasi yang bersebelahan dengan Cekungan Kutai, berjalan sesuai target yang direncanakan. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Djoko Siswanto kepada Eksplorasi.id melalui pesan WhatsApp Messenger yang langsung dikirim dari Korea Selatan, Kamis (30/6).
Djoko mengatakan, Lapangan Jangkrik dikerjakan oleh kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) Eni Muara Bakau BV, perusahaan migas asal Italia. “Proyek Masela boleh telat, tapi Jangkrik jalan terus. Pembangunan terminal produksi apungnya (Floating Production Offshore/ FPO) selesai dibangun kurang dari dua tahun,” kata dia.
Djoko menambahkan, FPO Jangkrik dibangun dengan kapasitas kurang lebih 450 MMscfd plus minyak kondensat 4.000 barel per hari (bph). “Oktober nanti akan onstream dan akan bisa menambah produksi nasional dengan kapasitas yang ada. Kemarin (Rabu, 29/6) sudah kami periksa seluruhnya sampai ke anjungan heli deck,” ujar dia.
Menurut Djoko, hari ini juga akan diberangkatkan FPO tersebut dari Yard Ulsan, Korea Selatan menuju Indonesia, dan akan tiba di Yard Karimun kira-kira dua minggu lagi. “Saat tiba di Indonesia, maka selamanya akan menjadi milik Indonesia,” jelas dia.
Dia menjelaskan, kapal terbesar untuk FPO yang selesai dibangun pada pemerintahan Joko Widodo tersebut memiliki dimensi ukuran panjang 200 meter (m), lebar 46 m, dan tinggi 15 m.
“Meskipun ekonomi dunia masih lemah dan harga minyak belum begitu pulih, tapi pembangunan FPO jalan terus. Semoga menteri ESDM bisa meresmikan pengoperasian FPO ini pada Oktober 2016 di lapangan. Selamat buat ENI Jangkrik dan Indonesia,” kata Djoko.
Sekedar informasi, berdasarkan data yang dihimpun Eksplorasi.id, Kontrak Kerja Sama (KKS) Wilayah Kerja Muara Bakau ditandatangani pada 30 Desember 2002. Lapangan Jangkrik ditemukan kemudian pada 2009. Operaratornya adalah ENI Muara Bakau BV yang memegang kepemilikan 55 persen, dan mitranya GDF Suez Exploration Indonesia BV sebesar 45 persen.
Lapangan ini berlokasi pada ke dalaman air 450 meter dengan jarak 70 kilometer dari arah timur Balikpapan. Lokasi ini sangat ideal untuk pengembangan proyek gas karena dekat dengan sistem pemipaan Kalimantan Timur dan fasilitas LNG Bontang.
Rencana pengembangan alias Plan of Development (POD) lapangan ini disetujui menteri ESDM pada 29 November 2011. Proyek laut dalam (deep water) ini merupakan salah satu proyek migas terbesar di Indonesia, selain IDD Chevron, Blok Masela, dan kilang gas LNG Tangguh di Papua. Nilai investasinya ditaksir lebih dari USD 4 miliar atau sekitar Rp 52,68 triliun (kurs Rp 13169). Rinciannya, untuk Lapangan Jangkrik sebesar USD 2,8 milliar, dan Lapangan Jangkrik North East USD 1,2 miliar.
Proyek Jangkrik dibagi dalam tiga pekerjaan utama, yakni EPCI 1 yang mencakup rekayasa, pengadaan, konstruksi, dan instalasi (EPC) unit fasilitas produksi terapung (floating production unit/FPU); EPCI 2 mencakup instalasi fasilitas penerima (receiving facility installation/ RFI); serta sistem produksi lepas pantai (subsea production system/SPS).
Proyek ini merupakan salah satu proyek gas besar setelah Masela, proyek IDD Chevron dan kilang gas LNG Tangguh di Papua. Tahun lalu operator blok tersebut, Eni Muara bakau BV dan mitranya telah meneken Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan PT Pertamina (Persero). Setelah proyek ini beroperasi, Pertamina akan mendapat gas alam cair (LNG) sebanyak 1,4 juta ton untuk pasokan dalam negeri.
Eksplorasi | Heri
Comments 2