• EKSPLORASI.ID
  • MONETER.ID
  • BANTEN.CO
Rabu, Oktober 29, 2025
  • Login
EKSPLORASI.ID
  • HOME
  • BERITA
  • INDEPTH
  • RAGAM
  • ENGLISH NEWS
  • OPINI
  • VIDEO
  • FOTO
  • INFOGRAFIS
  • INDEKS
No Result
View All Result
  • HOME
  • BERITA
  • INDEPTH
  • RAGAM
  • ENGLISH NEWS
  • OPINI
  • VIDEO
  • FOTO
  • INFOGRAFIS
  • INDEKS
No Result
View All Result
EKSPLORASI.ID
No Result
View All Result
Home MIGAS

Skema Belum Sepakat, Nasib East Natuna Terkatung-katung

by Eksplorasi.id
6 Oktober 2016
in MIGAS
0
Skema Belum Sepakat, Nasib East Natuna Terkatung-katung
0
SHARES
51
VIEWS
Share on WhatsappShare on Facebook

Eksplorasi.id – Skema bagi hasil Blok East Natuna antara pemerintah dan kontraktor belum menemui kata sepakat. Meskipun sudah melalui pembahasan cukup panjang dan penawaran berbagai insentif.

Natunaaaa

“Penandatanganan kontrak bagi produksi (production sharing contract/ PSC) tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat karena pembahasan terkait skema bagi hasil belum disepakati,” kata Plt. Menteri ESDM Luhut Binsar Pandjaitan.

Menurut Luhut, masih terdapat masalah teknis yang memerlukan pembahasan lebih lanjut. Selain itu, kontraktor dan pemerintah belum menyepakati kontrak bagi hasil. Bagi hasil dinamis pun, katanya, akan diterapkan. Blok East Natuna akan digarap oleh konsorsium ExxonMobil,

PTT EP Thailand dan PT Pertamina (Persero) sebagai pimpinan konsorsium belum menyepakati bagi hasil. Sebelumnya, pemerintah menargetkan skema bagi hasil Blok East Natuna akan ditandatangani pada bulan lalu dengan model khusus.

Pemerintah pun telah menyusun draf kontrak yang diharapkan bisa membuat proyek blok itu mencapai skala ekonomi. Pemerintah menawarkan bagi hasil 60:40, yakni 60% bagi pemerintah dan 40% kontraktor. Untuk pengembangan gas, pemerintah menawarkan bagi hasil 55:45 yakni 55% pemerintah dan 45% kontraktor.

Namun, ternyata tawaran tersebut belum direspons oleh konsorsium. Sejak ditemukan cadangan pada tahun 1970-an, opsi bagi hasil negara 0% pernah diajukan. Artinya, hasil produksi dikuasai kontraktor dan pemerintah hanya dapat mengutip pajak yang timbul atas kegiatan tersebut karena faktor kesulitan pengembangan.

Pada 1995, kontrak bagi produksi atas Natuna D-Alpha ditandatangani oleh konsorsium yang terdiri dari Pertamina dan ExxonMobil. Namun, hingga kontraknya berakhir pada 2005 dan penandatanganan kontrak baru dilakukan pada 2011, aktivitas masih belum terlihat di sekitar perairan Natuna.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, Blok East Natuna menyimpan potensi gas 222 triliun kaki kubik (tcf), sedangkan yang dapat diproduksi hanya 46 tcf. Pasalnya, komposisi gas terdiri dari 72% karbondioksida.

Jika pemerintah memberikan insentif sehingga Blok East Natuna menjadi ekonomis, produksi pertama gas dari blok itu butuh waktu 7—10 tahun. “Natuna ternyata ada sedikit masih putus, tetapi dalam satu bulan ke depan akan selesai. Ada masalah teknis yang tadi mereka  masih bicarakan, masalah bagi-bagi kuenya,” ujar Menteri Luhut, Rabu (5/10).

“Dari beberapa opsi model kontrak, telah disepakati bahwa akan digunakan satu model kontrak saja untuk mengembangkan minyak dan gas East Natuna. Menurutnya, kontrak yang digunakan bukanlah model kontrak khusus,” jelas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja

Pertimbangan penggunaan model kontrak itu mengacu pada beberapa hal. Bila menggunakan skema bagi hasil khusus, aspek legal masih belum menjamin adanya percepatan kegiatan pengembangan minyak blok tersebut karena dikhawatirkan biaya operasi tak bisa dikembalikan melalui skema cost recovery.

Untuk model kontrak dua bagi hasil, kegiatan pengembangan minyak kurang ekonomis dan juga dikhawatirkan mengganggu struktur gas karena membutuhkan ruang untuk melakukan injeksi karbondioksida. Model kontrak yang memungkinkan yakni penggunaan model kontrak umum yang digunakan pada wilayah kerja lain karena jelas secara legal dan masih memungkinkan adanya percepatan kegiatan.

Pengembangan gas masih menanti kajian teknologi dan pasar yang selesai pada 2017. Dengan penerapan kontrak tersebut, dia berharap paling tidak pada tahun depan kegiatan seperti survei seismik terhadap struktur minyak bisa dilakukan. “Kami harap tahun depan sudah ada aktivitas di sana, ada seismik,” ujarnya.

Sementara itu, Chief Economist BP Spencer Dale mengatakan, pada 5—10 tahun ke depan perubahan penggunaan energi terus berlanjut. Saat ini, perubahan terjadi dari batu bara bergeser ke gas. Namun, tak menutup kemungkinan gas akan mengganti keberadaan minyak.

“Hingga 2025, terdapat banyak proyek kilang gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) yang beroperasi. Proyek tersebut sebagian besar berlokasi di Australia dan satu di Indonesia yakni Tangguh Train III,” lanjut Dale.

Dia menilai proyeksi harga gas tak bisa dijadikan pertimbangan tunggal pengembangan proyek gas. Dia menganggap bila harus menanti harga kembali naik, pengembangan gas terlambat. “Bila Anda menanti harga sampai naik, kemudian Anda akan terlalu terlambat,” pungkasnya.

 

Reporter: Ponco

Tags: Blok East NatunaESDMExxonMobilheadlineLuhut Binsar PandjaitanPertamina
Eksplorasi.id

Eksplorasi.id

Next Post
Ilustrasi gas.

Calo Gas Harus Hilang Per 1 Januari 2017

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Recommended

Amman Mineral Peroleh Perpanjangan Izin Ekspor Konsentrat

PT Amman Diklaim Menteri Jonan sebagai ‘Pioneer’ Pelaksanaan PP No 1/2017

9 tahun ago
RI Kaya Potensi Energi Laut

RI Kaya Potensi Energi Laut

10 tahun ago

Sering Dibaca

  • PGN teken amandemen ke-4 atas pinjaman senilai Rp2,16 triliun dengan Saka Energi

    PGN teken amandemen ke-4 atas pinjaman senilai Rp2,16 triliun dengan Saka Energi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lembaga riset sebut optimalisasi blok besar bisa jadi andalan produksi migas nasional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PBNU siap kelola konsesi tambang batu bara seluas 26 ribu hektare di Kaltim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Setelah setujui POD lapangan Geng North dan Gehem, Kementerian ESDM bidik blok Andaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bersumber dari PLTBm, PLN tambah pasokan listrik ramah lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

RSS Moneter.id

  • Permata Bank Kantongi Laba Bersih Setelah Pajak Sebesar Rp2,9 Triliun 29 Oktober 2025
  • Laba Bersih Konsolidasi BTPN Syariah Tembus Rp945 Miliar Hingga Kuartal III 2025 29 Oktober 2025
  • Shaloom Razade Jadi Brand Ambassador REEF Indonesia 29 Oktober 2025
  • Perluas Peluang Karir Profesional Indonesia, Jobstreet Dukung UI Vocational Expo 2025 29 Oktober 2025
  • Perluas Portofolio Restoran, F&B ID Buka Gerai Baru 88 SEOUL di Living World Alam Sutera 29 Oktober 2025
  • Indonesia Eximbank dan Bank ICBC Indonesia Tandatangani Perjanjian Kredit Senilai USD250 Juta 29 Oktober 2025
  • Kesempatan Mendapatkan Tiket Gratis ke GIIAS Makassar 2025 29 Oktober 2025
  • Laporan WRI 2025: 7 dari 10 ‘Knowledge Workers’ di Indonesia Tidak Memiliki Hubungan yang Sehat dengan Pekerjaannya 28 Oktober 2025
  • Hari Ekonomi Kreatif Nasional 2025: Ekraf Jadi Mesin Pertumbuhan dan Daya Saing Global 28 Oktober 2025
  • Superbank Kantongi Laba Sebelum Pajak Sebesar Rp80,9 Miliar 28 Oktober 2025
EKSPLORASI.ID

© 2020 Eksplorasi.id - REFERENSI BERITA ENERGI

Navigate Site

  • REDAKSI
  • KETENTUAN LAYANAN
  • PEDOMAN SIBER
  • HUBUNGI KAMI

Follow Us

No Result
View All Result
  • HOME
  • BERITA
  • INDEPTH
  • RAGAM
  • ENGLISH NEWS
  • OPINI
  • VIDEO
  • FOTO
  • INFOGRAFIS
  • INDEKS

© 2020 Eksplorasi.id - REFERENSI BERITA ENERGI

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In