Eksplorasi.id – Kementerian ESDM di bawah komando Plt Menteri ESDM Luhut Binsar Pandjaitan mengaku bahwa dirinya salah perhitungan, terkait permintaan penurunan harga gas bagi kalangan industri.
Luhut mengatakan, harga gas untuk industri di dalam negeri yang bisa ditekan hingga ke level USD 4 per MMBtu salah perhitungan. Dirinya juga berharap sejumlah pihak jangan salah mengerti soal harga gas di negara lain.
“Saya juga salah yang USD 4 – USD 4,5 per MMBtu itu sebenarnya baru di mulut sumur. Bahkan, kalau dia impor itu belum masuk ke grasifikasi LNG. Jadi harganya masih di atas itu,” kata dia di kantornya, di Jakarta, Senin (10/10).
Dia menambahkan, saat ini pemerintah masih meneliti sejumlah item yang bisa ditekan atau diturunkan terkait harga yang selama ini memengaruhi harga gas sampai tangan industri atau konsumen.
Luhut misalnya memberi contoh seperti produk stainless steel Indonesia yang menguasai 20 persen pangsa pasar dunia. “Jadi mana yang kami lihat sudah bisa mandiri, jadi detail. Saya berharap tim minggu ini bisa merampungkan itu,” jelas dia.
Menurut Luhut, penerapan harga gas juga tidak serta-merta sama atau merata sesuai permintaan Presiden Jokowi yang di bawah USD 6 per MMBtu.
Pendapat Luhut, penerapan harga akan tetap melihat kesulitan lapangan. “Pertama, kesulitan lapangan. Kedua, terkait industrinya. Kalau pupuk itu subsidinya pasti banyak, karena itu pertanian kita butuh. Kalau lainnya nanti kami lihat per item. Jadi saya juga belajar, tidak bisa kita generalisir,” ujar dia.
Sebelumnya, pemerintah melalui Presiden Jokowi meminta harga gas untuk kalangan industri diteken hingga ke level di bawah USD 6 per MMBtu. Saat ini, rata-rata harga gas untuk industri berada di kisaran USD 9,5 per MMBtu.
Reporter : Ponco S