Eksplorasi.id – PT PLN (Persero) pada 8 Mei 2017 diketahui menerbitkan surat utang jangka menengah sebesar USD 2 miliar atau setara Rp 26,64 triliun (kurs Rp 13.319) dengan Deutsche Bank Trust Company Americas sebagai Wali Amanat.
Bunga dibayarkan setiap enam bulan sejak 15 Mei 2017 sampai dengan tanggal jatuh tempo surat utang jangka menengah global. Data tersebut diperoleh Eksplorasi.id dari laporan keuangan PLN (tidak diaudit) per 30 Juni 2017.
Rinciannya, surat utang yang jatuh tempo pada 2027 sebesar USD 1,5 miliar dan USD 500 juta dengan jatuh tempo pada 2047. Lembaga pemeringkat seperti Moody’s Investor Service Inc memberikan peringkat Baa3 untuk surat utang tersebut. Sementara Fitch mengganjar dengan peringkat BBB-.
Di sisi lain, PLN juga memiliki utang listrik swasta yang direstrukturisasi melalui renegosiasi dengan independent power producer (IPP). Rinciannya terbagi menjadi dua bagian, yakni berdasarkan pemasok dan jadwal pembayaran pokok. Berdasarkan pemasok, total utangnya mencapai Rp 7,08 triliun.
Terdiri atas PT Paiton Energy (USD 502.330.731 per 30 Juni 2017 dan USD 514.079.190 per 31 Desember 2016) atau sebesar Rp 6,69 triliun. Kemudian, PT Jawa Power (USD 54.550.342 per 30 Juni 2017 dan USD 54.847.946 per 31 Desember 2016) senilai Rp 726,56 miliar. Sehingga total menjadi Rp 7,42 triliun, dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Rp 335,14 miliar menjadi Rp 7,08 triliun.
Utang kepada PT Paiton Energy dan PT Jawa Power dikenakan bunga per tahun masing-masing sebesar 4,81 persen dan 18,45 persen dibayar dalam 360 kali angsuran bulanan sejak 1 Januari 2002 hingga 1 Desember 2031.
Berikutnya, berdasarkan jadwal pembayaran pokok dengan jumlah pembayaran Rp 7,42 triliun, di mana dibayarkan dalam satu tahun Rp 335,14 miliar, pada tahun kedua Rp 353,25 miliar, pada tahun ketiga Rp 372,58 miliar, pada tahun keempat Rp 393,24 miliar, dan setelah lima tahun Rp 5,96 triliun.
Ironisnya, PLN pun memiliki utang dividen merupakan utang kepada pemerintah Indonesia, sebagai pemegang saham, atas deviden tahun buku 2016 sebesar Rp 1,43 triliun.
Reporter : HYN