Eksplorasi.id – PT Buana Listya Tama Tbk, sekarang berganti nama menjadi PT Buana Lintas Lautan Tbk, terkena sanksi daftar hitam (blacklist) yang dikeluarkan oleh PT Pertamina (Persero).
Pemberian sanksi daftar hitam itu karena emiten berkode BULL tersebut melakukan tindakan fraud (penipuan) dalam perkara penyewaan kapal tanker.
VP Procurement Excellence Group (PEG) Direktorat Manajemen Aset Pertamina Joen Riyanto S dalam surat No 046/I20300/2018-S0 tertanggal 12 Maret 2018 menulis, “Telah terjadi tindakan/perbuatan yang merupakan kategori fraud berdasarkan SK 43/C00000/2015-S0 Bab IX Huruf B Angka 4.”
Adanya pemberian sanksi hitam itu bermula dari pekerjaan sewa kapal di lingkungan perkapalan Pertamina, khususnya untuk sewa tiga unit kapal large ranger (LR) crude oil, yakni MT Bull Sulawesi, MT Bull Flores, dan MT Bull Papua.
Di dalam surat pemberian sanksi hitam itu disebutkan, dua di antara ketiga kapal itu pernah ditahan Bea Cukai berdasarkan hasil pemeriksaan uji petik atas pemberitahuan impor barang (PIB).
Dilansir dari situs resmi BULL, per tanggal 31 Maret 2017, grup BULL memiliki 13 kapal yang terdiri atas satu kapal kimia, tiga kapal gas, tujuh kapal minyak, satu kapal FSO, dan satu kapal FPSO.
Di satu sisi, masih melansir data situs resmi BULL, pemegang saham mayoritas perseroan adalah publik sebesar 32,47 persen.
Kemudian berturut-turut diikuti PT Geo Link Indonesia (15,62 persen), PT Delta Royal Sejahtera (12,05 persen), CSSEL PRBR SA Client AC For Cayman Fun-94644032 (10,50 persen), dan PT Danatama Makmur (6,75 persen).
Baca juga:
- Pertamina Resmi Berikan Sanksi Hitam kepada Buana Listya Tama
- Lakukan Tindakan ‘Fraud’, Pertamina Didesak Adukan BULL ke Bareskrim Mabes Polri
Kemudian, PT Tesco International Capital (6,72 persen), Credit Suisse AG Singapore Trust A/C Clients – 2023904000 (5,70 persen), PT Southeast Capital Investment (5,19 persen), dan PT Goldsachs Capital Investment (5,00 persen).
Uniknya, meskipun Danatama hanya memiliki saham minoritas di BULL, namun keterkaitan Danatama dengan BULL sangat dekat.
Danatama pula yang menjadi penjamin pelaksana emisi efek ketika BULL melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/ IPO) pada 23 Mei 2011.
Mengutip data resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Danatama Makmur Sekuritas saham mayoritasnya dimiliki PT Danatama Perkasa (80 persen), dan Nanny D Tirtawidjaja (5,57 persen).
Kemudian, Halim Jusuf (5,49 persen), Henry Jusuf (3,07 persen), Houston Jusuf (3,07 persen), Winston Jusuf (1,4 persen), dan Hilton Jusuf (1,4 persen).
Danatama Makmur didirikan dengan akte No 182 tanggal 25 April 1984 dengan modal dasar Rp 220 miliar dan modal disetor Rp 75 miliar.
Di sisi lain, BULL hingga per 31 Maret 2017 meraup total pendapatan hingga USD 16,06 juta, di mana Pertamina menyumbang pendapatan sebesar USD 9,96 juta (62,03 persen) dan JOB Pertamina-Petrochina Salawati USD 2,47 juta (15,39 persen).
Massa Manik dan Grup Danatama
Sejumlah informasi yang coba dihimpun Eksplorasi.id mengungkapkan, bisnis penyewaan kapal BULL dengan Pertamina bukan baru ini saja. Maklum, sekitar 60 persen pendapatan BULL diperoleh dari Pertamina.
Bahkan, BULL semakin eksis ketika Pertamina dipimpin oleh Elia Massa Manik. Pasalnya, Massa Manik ternyata pernah bekerja disejumlah perusahaan yang sahamnya dimiliki baik secara mayoritas maupun minoritas oleh grup Datanama.
Misalnya, dia pernah menjabat sebagai direksi managemen pengembangan Darma Henwa dalam kurun September 2007 hingga Juni 2009.
Kemudian, Massa Manik pun pernah menduduki posisi advisor di Benakat Oil Company, sekarang PT Benakat Integra Tbk (BIPI) sejak Desember 2010 hingga Juli 2011.
Pada Februari 2010, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) pernah memeriksa kepemilikan saham BIPI oleh sang penjamin emisi IPO ini, yakni Danatama Makmur. Laporan keuangan Danatama Makmur per 30 September 2017 lalu menyebut kepemilihakan saham perseroan di BIPI.
Pada Desember 2010 hingga Juli 2011, Massa Manik juga pernah duduk sebagai CEO di PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk yang notabene juga merupakan anak usaha Danatama Makmur.
Berikutnya, Massa Manik sejak Juli 2011 hingga Mei 2014 pernah didapuk sebagai CEO di PT Elnusa Tbk. Uniknya, pada 26 Maret 2014, BIPI yang merupakan anak usaha Danatama Makmur, menjual sekitar dua miliar saham Elnusa seharga Rp 395 per saham.
Melalui penjualan saham itu, BIPI sukses meraih dana segar sekitar Rp 790 miliar. Sebelumnya BIPI menguasai 37,15 persen saham Enusa pada Juli 2010 dari PT Tri Daya Esta.
Lalu, Agustus 2015 hingga April 2016, Massa Manik pun pernah menempati posisi senior executive vice president di PT BNI Tbk (Persero).
Jauh sebelum Massa Manik di BNI, BULL yang juga merupakan anak usaha Danatama Makmur pada 6 November 2013 memeroleh fasilitas kredit sindikasi maksimum sebesar Rp 472,9 miliar dari BNI dan Indonesia Eximbank (IEB) dengan BNI sebagai agen fasilitas dan agen jaminan.
Dilansir dari laporan keuangan BULL per 31 Maret 2017, fasilitas Tranche A sebesar Rp 279,2 miliar digunakan untuk pembiayaan kembali pinjaman atas kapal-kapal yang dibiayai BNI. Pinjaman dibebani suku bunga 9,5 persen per tahun. Suku bunga ditinjau secara periodik dan dibayar setiap bulan.
Sementara fasilitas Tranche B sebesar Rp 193,7 miliar atau ekuivalen USD 17 juta digunakan untuk pembiayaan kembali pinjaman atas kapal-kapal yang dibiayai IEB. Pinjaman dibebani suku bunga enam persen per tahun yang ditinjau secara periodik dan dibayar setiap bulan.
Fasilitas kredit sindikasi ini akan dibayar secara cicilan selama delapan tahun, jatuh tempo pada 5 November 2021 dan dijamin dengan kapal MT Gandini, MT Badraini, MT Gas Maluku, MT Pergiwo, MT Barawati, MT Gas Natuna, kapal yang akan dibeli, piutang usaha, persediaan dan assignment rekening penampungan dan kontrak sewa kapal.
MT Badraini, MT Pergiwo dan MT Barawati telah dijual pada 2013. Pada 2014, BULL telah membeli kapal MT BULL Papua.
Sumber Eksplorasi.id mengungkapkan, Massa Manik memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Houston Jusuf, pemilik 3,07 persen saham di Danatama Makmur.
“Kedekatan antara Massa Manik dengan Houston Jusuf bukan menjadi rahasia publik lagi, terutama di kalangan pengusaha dan pebisnis,” ujar sumber, belum lama ini.
Namun, hingga berita ini diturunkan, Eksplorasi.id belum mengkonfirmasi langsung kepada Massa Manik soal kedekatannya dengan Houston Jusuf.
Di luar itu semua, sebelum duduk sebagai direktur utama Pertamina, Massa Manik juga pernah menjadi COO di PT Kiani Kertas, perusahaan pabrik kertas milik Prabowo Subianto untuk periode November 2002 hingga Juli 2004.
Selanjutnya, menjadi senior vice president PT Jababeka Tbk (September 2004-November 2006) dan CEO PT Pandega Citraniaga (Desember 2006-Desember 2010).
Portofolio Saham Danatama Makmur Sekuritas
- PT Benakat Petroleum Energy Tbk (Rp 44,897 miliar)
- PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk (Rp 52,441 miliar)
- PT Buana Listya Tama Tbk (Rp 46,130 miliar)
- PT Darma Henwa Tbk (Rp 10,484 miliar)
- PT Bakrieland Development Tbk (Rp 1,365 miliar)
- PT Inti Agri Resources Tbk (Rp 995,244 juta)
- PT Bakrie Telecom Tbk (Rp 198,500 juta)
- PT Energi Mega Persada (Rp 194,169 juta)
- PT Bakrie & Brothers Tbk (Rp 20,982 juta)
- PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (Rp -)
- PT Pool Advista Indonesia Tbk (Rp 9,456 miliar)
- PT Bumi Resources Tbk (Rp 10,947 miliar)
Sumber: Laporan Keuangan 30 September 2017
Riwayat Pekerjaan Elia Massa Manik:
- COO PT Kiani Kertas (Nov 2002-Juli 2004)
- Senior Vice President PT Jababeka Tbk (Sep 2004-Nov 2006)
- CEO PT Pandega Citraniaga (Des 2006-Des 2010)
- Direksi Managemen Pengembangan PT Darma Henwa Tbk (Sep 2007-Juni 2009)
- Partner PT Nura Kapital (Jan 2010-Des 2010)
- Advisor Benakat Oil Company (Des 2010-Juli 2011)
- CEO PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (Des 2010-Juli 2011)
- CEO PT Elnusa Tbk (Juli 2011-Mei 2014)
- CEO GMT Kapital Asia (Mei 2014-Agust 2015)
- Senior Executive Vice President BNI (Agust 2015-April 2016)
- Direktur Utama PTPN III (April 2016-15 Maret 2017)
- Direktur PT Pertamina (16 Maret 2017-Sekarang)
Sumber: berbagai sumber, diolah Eksplorasi.id
Reporter: HYN