Eksplorasi.id – Sebanyak 197 perusahaan dari tujuh sektor akhirnya tersenyum lega setelah bisa beli harga gas di titik serah pengguna gas bumi (plant gate) dengan harga maksimal USD 6 per MMBTU.
Penetapan harga gas itu sangat memberikan kontraksi yang berat bagi PT PGN Tbk. Mulai dari harga saham yang jeblok hingga rusaknya neraca keuangan perseroan.
Hal itu diutarakan oleh Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman kepada Eksplorasi.id melalui pesan WhatsApp Messenger, Sabtu (18/4) pagi.
“PGN saat ini posisinya seperti orang sedang mau bunuh diri, yaitu tercekik di tali gantungan. Ironinya, yang kasih tali gantungan itu malah orang tuanya (pemerintah),” kata dia.
Yusri berkomentar, saat ini kondisi PGN sangat membuncah, sementara para perusahaan industri sedang tertawa dan bertepuk tangan.
“Penetapan harga gas tersebut tentu sangat memberatkan keekonomian PGN. Kondisi ini harusnya disikapi oleh pemerintah dengan memberikan stimulus,” ujar dia.
Tujuan pemberian stimulus kepada PGN, imbuh dia, agar PGN tetap bisa tumbuh berkembang dari margin yang diperoleh perseroan dari hasil menjual produknya.
“Kalau PGN berkembang maka bisa membangun infrastruktur baru agar semakin luas menyediakan kebutuhan gas, baik untuk industri maupun masyarakat luas supaya mengurangi penggunaan elpiji,” ucap Yusri.
Dia berucap, selama enam tahun pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) bisa dikatakan minim membangun infrastruktur gas.
Kalaupun ada, lanjut Yusri, hanya sedikit berupa jaringan gas (jargas) dibeberapa kota saja. Tidak sebanding dengan pembangunan infrastruktur umum misalnya jalan tol.
Penjelasan Yusri, jika PGN terpaksa merugi akibat penugasan pemerintah tersebut, selain kerugian yang juga harus ditanggung oleh pemerintah, maka semestinya industri yang menikmati subsidi terselubung itu pun harus bisa membuka ruang diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
“Sebab, jika tidak ditalangin oleh pemerintah, maka tidak ada badan usaha mau berinvestasi di sektor gas. Kondisi ini jadi preseden buruk bagi iklim investasi di sektor jaringan gas bumi,” terang dia.
Di satu sisi, kata Yusri, tingkat keekonomian masing-masing lapangan gas juga bervariasi antara satu lapangan dengan lapangan lain, khususnya di onshore dan offshore.
“Tidak bisa lalu harga jual gas dipukul rata jadi USD 6 per MMBTU. Apalagi mayoritas jualnya ke perusahaan swasta,” jelasnya.
Reporter : Sam
.