Eksplorasi.id – Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melakukan perombakan kabinet kerja tahap kedua pada Rabu (27/7). Ada 12 posisi menteri yang diisi oleh nama baru. Empat nama dari 12 menteri di-reshuffle dipindahkan posisi.
Sedangkan 8 lainnya meninggalkan kabinet. Salah satu posisi yang diisi nama baru adalah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Nama Sudirman Said digantikan oleh Arcandra Tahar. Sosok yang terakhir ini tengah ramai diperbincangkan karena namanya masih begitu asing bagi banyak masyarakat Indonesia.
Sebelum diangkat menjadi menteri, Arcandra Tahar menduduki posisi presiden direktur sebuah perusahaan pengembangan teknologi dan engineering yang fokus dalam desain dan pengembangan kilang offshore bernama Petroneering yang berada di Houston, Amerika Serikat.
Tahar menyelesaikan strata-1 di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1989-1994. Lalu melanjutkan studi Ocean Engineering di Texas A&M University pada 1996–1998 untuk gelar Master of Science serta gelar Doctor of Philosophy pada 1998–2001 di bidang dan kampus yang sama.
Sejak tahun 1997 dia telah melibatkan diri dalam penelitian bersama Offshore Technology Research Center hingga 2001 sebagai asisten peneliti. Pada tahun 2000 dia bekerja untuk Noble Denton selaku technical advisor. Pada 2001-2006 Tahar menjadi peneliti untuk Technip Offshore.
Dia lalu melanjutkan karir sebagai Hydronynamics Lead di FloaTec LLC pada 2006–2007. Dari tahun 2007-2009, Tahar menjabat Presiden Asia Pasific AGR Deepwater Development System. Pada 2009–2013 dia menduduki posisi Principal di Horton Wison Deepwater. Tiga tahun terakhir, sejak 2013-2016 dia menjabat sebagai presiden direktur Petroneering di Houston.
Menteri Sekretaris Negara, Pratikno mengemukakan alasan Presiden Jokowi menunjuk Arcandra untuk posisi Menteri ESDM. “Arcandra Tahar ini profesional. Ahli di bidang ESDM, dengan riwayat pendidikan mengagumkan. Beliau mempunyai reputasi dan tercatat sebagai profesional kelas dunia. Kita bersyukur Pak Arcandra yang lama di Amerika Serikat, kini kembali ke Indonesia,” kata Pratikno saat memperkenalkan para menteri baru di Istana Negara, Rabu (27/7).
Kalau boleh kepo, sebenarnya berapa ya pendapatan Arcandra nantinya sebagai menteri? Lalu dibandingkan dengan gajinya sebagai profesional lebih besar mana ya? Dirilis brilio.net dari glassdoor pada Kamis (28/7), gaji rata-rata seorang presiden direktur adalah sebesar USD 135.046 atau jika dikonversikan sebesar Rp 1,77 miliar per tahun. Perhitungan gaji ini berdasarkan hitungan rata-rata sebanyak 946 posisi presiden direktur berbagai perusahaan yang ada di Houston.
Sedangkan gaji sebagai menteri ESDM, berdasarkan data Kementerian Keuangan tahun 2005, gaji total menteri negara sebesar Rp 18.648.000. Angka tersebut terdiri dari gaji pokok sebesar Rp 5.040.000 dan tunjangan jabatan sebesar Rp 13.608.000.
Dalam kurun waktu 10 tahun selama masa pemerintahan Presiden SBY, gaji menteri tidak mengalami kenaikan sehingga pada tahun 2014 muncul wacana kenaikan gaji presiden dan menteri. Hal ini bertujuan supaya tidak ada menteri yang tersandung kasus korupsi atau penyelewengan dana kementerian.
Jika dibandingkan, gaji per tahun sebagai profesional sebesar Rp 1,77 miliar sedangkan sebagai menteri sebesar Rp 223 juta, maka akan jauh beda. Namun keputusan Arcandra Tahar menerima tawaran presiden bukanlah semata soal uang. Pengabdian terhadap negara dalam hal memberdayakan kekayaan sumber energi tanah air dipandang Tahar jauh lebih penting.
Eksplorasi | Aditya
Pemerntah harus segera merombak remunerasi para menteri, klo hanya sebesar itu para expert dinegara ini akan melancong kenegara luar…
Parah indonesia… org baik di dzalimi… org jahat dan penjilat di sanjung2 kyk dewa penyelamat… klu kyk gini kapan pemerintahan indonesia bersih dri org2 kotor..
Gaji Dirut BPJS, entah benar atau tidak, issuenya Rp350juta per bulan. Jadi gaji seorang profesional Rp223juta per bulan sdh tidak mengherankan di Indonesia.
http://ekbis.sindonews.com/read/1087603/34/agus-susanto-kaget-gaji-direksi-bpjs-rp350-juta-bulan-1456213432
ini masukan untuk Pemerintah Indonesia yang tidak menghargai rayatnya sendiri. tolong buka matanya lebar-lebar…. Pak Archandra adalah orang hebat bahkan lebih hebat dari expat-expat oil&gas yang ada di indonesia, dia kabur ke luar negeri karena ga dihargai. Dan jangan bangga, gaji pak Archandra di texas itu hanya setengah bahkan sepertiganya gaji expat oil & gas di indonesia, yang belum termasuk tax allowance, benefit & fasilitas yang aduhai tingginya. Banyak expat oil&gas yang tidak cakap dan arogan, tapi karena desakan & kepentingan investor maka bisa kerja di Indonesia. No wonder orang-orang pintar kita kabur semua keluar negeri, wong ga dihargai dengan layak