Eksplorasi.id – PT PGN Tbk mengalami penurunan aset hingga posisi per 31 Desember 2019. Total aset perseroan hanya tercatat sekitar USD 7,37 miliar atau setara Rp 113,88 triliun (kurs Rp 15.444,60).
Jumlah aset tersebut turun dibanding periode yang sama 2018 sebesar USD 7,94 miliar (Rp 122,62 triliun). Di satu sisi, total utang perseroan yang mesti dibayar (liablitas) turun USD 4,74 miliar (Rp 73,17 triliun) menjadi USD 4,14 miliar (Rp 63,93 triliun).
Laporan keuangan perseroan menunjukkan, perseroan tahun lalu hanya memeroleh pendapatan sebesar USD 3,85 miliar (Rp 59,44 triliun) dengan beban pokok pendapatan minus USD 2,62 miliar (Rp 40,49 triliun) dan laba bruto USD 1,23 miliar (Rp 18,96 triliun).
Kemudian, perseroan memeroleh laba operasi sebesar USD 546,33 juta (Rp 8,44 triliun) dengan laba sebelum pajak penghasilan USD 279,90 juta (Rp 4,32 triliun). Sementara untuk laba tahun berjalan mencapai USD 112,98 juta (Rp 1,74 triliun).
Saat ini PGN memiliki sejumlah anak usaha, sebut saja PT Saka Energi Indonesia/SEI (100 persen), PT Permata Graha Nusantara (100 persen), PT PGN LNG Indonesia (100 persen), PT PGAS Solution (99,91 persen), PT Gagas Energi Indonesia (100 persen), PT PGAS Telekomunikasi Nusantara (99,93 persen), dan PT Pertamina Gas (51 persen).
Ada pula PT Transportasi Gas Indonesia (59,87 persen), PT Permata Karya Jasa (60 persen), PT Nusantara Regas (40 persen), PT Perta-Samtam Gas (66 persen), PT Perta Daya Gas (65 persen), dan PT Gas Energi Jambi (40 persen).
Kemudian,PGN secara grup juga memiliki kerja sama operasi migas atau kontrak jasa/perjanjian partisipasi, di antaranya Blok Ujung Pangkah (100 persen), Blok South Sesulu (100 persen), Blok Fasken Amerika Serikat (36 persen), dan Blok Bangkanai (30 persen).
Lalu, Blok Bangkanai Barat (30 persen), Blok Muriah (20 persen), Blok Ketapang (20 persen), Blok Muara Bakau (11,.67 persen), Blok Wokam II (100 persen), Blok Pekawai (100 persen), dan Blok Yamdena Barat (100 persen).
Sebelumnya, pada 18 Oktober 2019, PGN memeroleh amandemen dan pernyataan kembali atas kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) yang berlaku efektif sejak 8 Mei 2026 hingga 20
tahun mendatang.
Baca juga : Simalakama harga gas, industri disubsidi tapi PGN dipaksa menanggung rugi
Amandemen dan pernyataan kembali atas PSC Pangkah mengubah konsep cost recovery menjadi konsep gross split dan juga mengubah tarif pajak dari 44 persen menjadi 40 persen. Sesuai konsep gross split, PGN berhak menerima 55 persen (minyak mentah) dan 60 persen (gas) bagian dari
pendapatan kotor.
PGN juga telah membayar bonus tanda tangan sebesar USD 6 juta kepada negara pada 17 Oktober
2019 dan mencatat bonus tanda tangan tersebut sebagai bagian dari properti minyak dan gas.
“Sehubungan dengan amandemen dan pernyataan kembali atas PSC Pangkah tersebut, manajemen melakukan kajian terhadap aset yang ada, termasuk estimasi cadangan minyak dan gas,” tulis perseroan dalam laporan keuangannya yang dikutip Eksplorasi.id.
Sebagai akibatnya, lanjut laporan tersebut, manajemen mencatat penurunan liabilitas pembongkaran aset dan restorasi area, pemulihan rugi penurunan nilai aset migas di akhir 2019, dan mengubah tingkat depresiasi, deplesi dan amortisasi yang disebabkan oleh perubahan estimasi cadangan minyak dan gas untuk dipulihkan selama masa PSC.
Seperti diketahui, kondisi PGN saat ini mengalami kontraksi yang luar biasa, salah satunya akibat keputusan pemerintah menetapkan harga gas industri di titik serah pengguna gas bumi (plant gate) maksimal USD 6 per MMBTU.
Baca juga : Industri senyum dapat gas murah, PGN tercekik di tali gantungan
Kondisi tersebut selain memukul kinerja keuangan perseroan juga berdampak terhadap saham perseroan di pasar bursa. Pada penutupan perdagangan Jumat (17/4) saham emiten berkode PGAS tersebut ditutup pada harga Rp 835 per lembar saham.
Harga saham itu naik 30 poin atau 3,37 persen dibanding posisi Kamis (16/4) yang hanya Rp 805 per lembar saham. Saat ini rentang harian harga saham PGAS di level Rp 820 hingga Rp 845 per lembar saham dengan market cap Rp 20,24 triliun, serta rasio P/E 19,18.
Baca juga : Enak sekali, 197 perusahaan nikmati harga gas industri USD 6
Volume perdagangan PGAS tercatat 126.383.900 dengan volume rata-rata ( tiga bulan) 106.932.753. Terkait harga saham, dalam kurun satu tahun saham PGAS anjlok hingga 64,62 persen. Saham PGAS yang beredar di pasar bursa jumlahnya mencapai 24.241.508.196 lembar saham.
Reporter : Her