Eksplorasi.id – Emiten yang bergerak di sektor energi, PT ABM Investama Tbk (ABMM), akan melanjutkan program efisiensi di segala segmen. Mengingat kondisi bisnis batu bara yang masih stagnan di tahun ini.
Langkah efisiensi yang dilakukan perseroan tersebut sudah dilakukan sejak 2014, dan diklaim terbukti memperkuat fundamental keuangan perseroan.
“Berkat program efisiensi yang kami lakukan, biaya operasional bisa ditekan dan beban perusahaan juga berkurang. Situasi bisnis saat ini mengharuskan kami untuk menciptakan keseimbangan biaya baru,” jelas Direktur Utama ABMM, Andi Djajanegara.
Andi menyebutkan, salah satu langkah nyata dari upaya efisiensi yang dilakukan perseroan adalah melakukan perampingan supply chain. Pada akhirnya, banyak biaya yang dapat terus dipangkas.
Strategi efisiensi ini, menurut Andi, akan sangat terasa dampaknya ketika harga batu bara mulai membaik. “Inilah standar baru yang dikembangkan ABM untuk menghadapi tantangan bisnis saat ini,” tegas Andi.
Selain itu, percepatan program listrik 35 ribu megawatt (mw), juga merupakan langkah strategis dari pemerintah yang bisa menggerakkan sektor usaha dari hulu hingga ke hilir. Kebijakan pemerintah yang memprioritaskan penggunaan batu bara melalui pembangunan PLTU juga sangat membantu industri batubara domestik tetap bertahan di tengah tekanan bisnis yang masih terus terjadi.
“Pembangunan PLTU akan menyerap produksi batu bara domestik yang kini banyak menghadapi kendala akibat lesunya pasar global,” ujar Andi.
Optimalisasi sumber daya alam (SDA) nasional, menurut Andi, untuk mendukung program listrik 35 ribu mw, perlu diikuti oleh kebijakan harga batu bara yang lebih kompetitif. Sebab, dengan skema harga saat ini, produksi batubara nasional akan berkurang dan dapat mengakibatkan tidak tercukupinya pasokan batu bara untuk kebutuhan 35 ribu mw.
“Dengan adanya insentif harga yang lebih kompetitif ke sektor pembangkit berbasis batubara, diharapkan akan dapat menciptakan keberlangsungan proyek 35 ribu MW dan industri batu bara,” pungkas Andi.
Sekadar informasi, sepanjang 2015, ABM Investama membukukan pendapatan sebesar USD654,6 juta. Total pendapatan yang diraih mengalami penyusutan dari posisi USD723,6 juta di akhir 2014.
Perseroan tetap belum mampu mencetak laba selama tahun lalu. Meski demikian, setidaknya perseroan mampu mengurangi kerugian menjadi USD38,1 juta, jika dibanding rugi yang ditanggung sebesar USD112,9 juta di 2014.
Eksplorasi | Aditya | antara