Sudah hampir dua tahun program BBM satu harga berjalan. Namun, masih banyak publik yang belum tahu siapa sebenarnya orang yang bisa mengimplementasikan keinginan Presiden Jokowi itu soal program BBM satu harga?
Eksplorasi.id – Langkah berikut yang dilakukan Ahmad Bambang adalah bagaimana memperluas APMS ke kabupaten-kabupaten di pedalaman Papua, Papua Barat, serta Kaltara.
Komentar Ahmad Bambang, kalau daerah-daerah tersebut bisa diatasi, maka daerah yang lain akan lebih mudah. Perlu diketahui juga, lanjut dia, bahwa di Jawa pun masih ada daerah-daerah yang harga BBM nya cukup tinggi, meski tidak setinggi di Papua, Papua Barat, maupun Kaltara.
Penyebabnya, karena tidak ada lembaga penyalur. Sebut saja di Pulau Karimun Jawa dan pulau-pulau di sebelah utara dan timur Madura, seperti Pulau Kangean dan pulau-pulau yang lebih kecil lainnya).
“Tahap awal, saya kemudian memilih kabupaten, kecamatan, atau distrik yang harga BBM-nya sangat tinggi. Untuk itu, dipilih tujuh kabupaten di Papua, dua kabupaten di Papua Barat, dan satu kabupaten di Kaltara sebagai pilot project,” kata dia.
Peristiwa tersebut menurut pria yang biasa disapa Abe tersebut terjadi di awal 2016. Berdasarkan 10 lokasi pilot project tersebut, ada lokasi yang masih bisa ditempuh dengan jalan darat, namun harus menggunakan kendaraan 4WD.
Ada pula sejumlah lokasi yang bisa dijangkau dengan kapal kecil melalui sungai. Terakhir, lokasi hanya bisa dijangkau dengan pesawat, seperti di Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Puncak dan Kabupaten Nunukan, khususnya Kecamatan Krayan.
“Dengan demikian, harus disediakan sarana suplai yang sesuai. Untuk suplai via darat dengan kendaraan 4WD, kami siapkan Mitsubisi Strada yang baknya dimuat BBM dalam wadah IBC (intermediate bulk container) ukuran satu kiloliter (kl),” terangnya.
Kemudian, yang bisa disuplai melalui sungai, disiapkan kapal khusus untuk suplai dengan BBM dalam IBC dan dalam drum.
Sementara untuk yang menggunakan pesawat, imbuh Ahmad Bambang, dengan kondisi bandara yang ada, jika mengandalkan pesawat yang ada saat ini (biasanya Cesna), maka suplainya dalam drum ukuran 200 liter dengan kapasitas suplai maksimum 10 drum, itupun harus ditata dan diikat.
“Surfing kami, ada jenis pesawat yang mungkin tepat untuk tujuan tersebut, adanya di Kanada yang digunakan untuk suplai BBM ke proyek-proyek di pedalaman dan juga untuk pemadaman kebakaran hutan,” ungkapnya.
Nama pesawat itu adalah Air Traktor AT802 dengan tangki yang langsung menyatu di bodi pesawat dengan kapasitas empat kl. “Itu bisa dibagi menjadi dua, yakni 2,2 kl dan 1,8 kl,” ucapnya.
Ahmad Bambang menjelaskan, landasan yang diperlukan untuk pesawat jenis tersebut juga pendek, sangat cocok dengan kondisi bandara daerah-daerah pedalaman tersebut.
Pesawat inilah yang kemudian dipilih dan ditugaskan kepada PT Pelita Air Line untuk memeasan tiga unit dan mengoperasikannya.
“Dengan perhitungan tingkat kesulitan, volume dan biaya, serta sejalan dengan program Marketing ‘Berbagi Tak Pernah Rugi’, maka program itu kami jalankan,” ujarnya.
Pertamina, lanjut Ahmad Bambang, sebagai implementasi awal konsep marketing Rahmatan Lil ‘alamiin (MRLA), pihaknya mengusulkan kepada Presiden Jokowi bahwa biaya yang dikeluarkan oleh Pertamina bisa ditutup dari zakat 2,5 persen atas profit direktorat Pemasaran sendiri.
“Itulah inti konsep MRLA, berbagi untuk kemanfaatan masyarakat banyak dengan keyakinan Allah SWT akan mengganti lebih besar. Presiden kemudian mencanangkan sebagai program BBM Satu Harga Nusantara sebagai Kerja Nyata Jokowi,” jelasnya.
Perlu diketahui, ungkap Ahmad Bambang, program Satu Harga BBM Nusantara adalah program Presiden Jokowi sebagai perwujudan keadilan sosial, yang kebetulan sangat cocok dengan program MRLA Pertamina dengan ikon ‘Berbagi Tak Pernah Rugi’.
Keterangan dia, setelah solusi dan kemudian program BBM Satu Harga Nusantara dicanangkan, sebenarnya implementasi yang paling cepat adalah di Kecamatan Anggi, Kebupaten Pegunungan Arfax, Provinsi Papua Barat.
Alasannya, di wilayah itu tinggal memesan IBC beberapa unit ukuran masing-masing 1.000 liter, lalu siapkan tiga mobil Mitsubishi Strada 2WD, dan siapkan dispenser sederhana APMS/SPBU.
“Dalam tiga bulan dengan kondisi itu bisa terealisir, berbeda dibandingkan dengan yang harus menggunakan kapal motor atau pesawat untuk sistem transportasinya,” kata dia.
(Bersambung)
Reporter: HYN