Eksplorasi.id – Gasifikasi batubara bisa menjadi salah satu cara yang paling menjanjikan untuk pemanfaatan batubara di masa depan. Gasifikasi batubara merupakan salah satu dari pemrosesan batubara yang relatif ramah lingkungan karena emisi udara yang dihasilkan masih dibawah ambang batas yang ditetapkan.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said belum lama ini di Jakarta.
Sudirman mengungkapkan, pemerintah telah bertekad akan meningkatkan pemanfaatan batubara melalui proses gasifikasi dan akan terus mendorongnya dengan mengeluarkan perangkat hukumnya.
“Dalam skala pilot sebetulnya kita sudah punya project itu, dan kita akan dorong supaya ada badan usaha yang masuk untuk wilayah itu dan kita akan scale up supaya betul-betul menjadi bahan bakar baru yang bersih dan dapat meningkatkan nilai tambah batubara itu sendiri dan untuk ini akan dikeluarkana regulasinya sebentar lagi,” ujarnya.
Sebagai informasi, gasifikasi batubara adalah proses konversi batubara menjadi produk gas yang dapat digunakan untuk bahan bakar, maupun bahan baku industri kimia. Unit gasifikasi terdiri dari reaktor, pendingin gas (scrabber), penangkap ter (tar electrostatic precipitator) pembersih gas (washing tower), pemisah uap (fog drop), blower dan kolam penampungan ter (tar pond).
Sudirman menegaskan, dengan penerapan teknologi ini, akan meningkatkan nilai tambah batubara, menambah devisa dan membuka kesempatan kerja.
Cadangan batubara di Indonesia diperkirakan mencapai 91 miliar ton, dengan tingkat produksi berkisar 200-300 juta ton pertahun, maka umur tambang akan dapat mencapai 100 tahun, hal ini cukup aman untuk keberlanjutan industri pengguna batubara, selain itu juga lebih ekonomis.
Salah satu kisah sukses pembuatan bahan bakar dari proses gasifikasi batubara adalah South African Coal Oil and Gas Corporation atau yang dikenal dengan Sasol di Afrika Selatan, yang saat ini memproduksi gas sintetik sebesar 55 juta Nm3/hari dengan menggunakan penggas Lurgi, dan memproduksi minyak sintetik sebanyak 150 ribu barel per hari melalui sintesis Fischer-Tropsch.
Saat ini, Sasol mempekerjakan 170 ribu karyawan, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang merupakan 2% tenaga kerja sektor formal di Afsel. Selain itu, Sasol juga menyumbang 4% GDP atau sekitar US$ 7 milyar, serta menyuplai 40% kebutuhan BBM dalam negeri Afsel (28% dari batubara).
Eksplorasi | Detik | Aditya