Eksplorasi.id – PT PLN (Persero) menggandeng PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTNP III dan Perum Perhutani untuk mendapatkan pasokan biomassa sebagai bahan baku pengganti batubara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik perseroan.
Kolaborasi itu tertuang dalam penandatangan nota kesepahaman penyediaan biomassa untuk PLTU batubara yang dilakukan secara virtual di Jakarta, Jumat, oleh Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini, Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani, dan Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro.
Ruang lingkup nota kesepahaman meliputi ketersediaan bahan baku biomassa dan bentuk kerja sama yang akan jadi referensi pengembangan ekosistem penyediaan biomassa dengan Perhutani dan PTPN III memiliki sumber data kawasan hutan penghasil biomassa dan PLN sebagai pemilik PLTU batubara.
“Dengan kerja sama ini, kami akan fokus pada inisiatif strategis green booster berupa co-firing biomassa, karena selain memenuhi target bauran energi juga dapat memenuhi keekonomian penyediaan tenaga listrik yang dilakukan dalam waktu relatif cepat,” kata Zulkifli Zaini.
Zulkifli menjelaskan metode co-firing juga berbiaya lebih murah karena tidak perlu membangun pembangkit baru sehingga hanya perlu mengeluarkan biaya operasional.
“Kita gunakan pembangkit PLTU yang ada, yang sudah terpasang, yang sudah beroperasi. Hanya menggunakan bauran 5-10 persen dari batubaranya, itulah yang menjadi sumber energi primer dari PLTU milik PLN di waktu yang akan datang,” ungkapnya.
Dirut Perum Perhutani Wahyu Kuncoro menyambut baik kerja sama dengan PLN. Wahyu mengatakan pihaknya mengelola 2,4 juta hektare di area Jawa-Madura, yang potensial dikembangkan untuk memenuhi pasokan biomassa.
“Kami menyambut baik MoU hari ini. Yang lebih penting, apa yang kira-kira bisa kita kerjakan agar terwujud support (dukungan) Perhutani kepala PLN ini,” katanya.
Senada, Dirut PTPN III Mohammad Abdul Ghani mengatakan untuk mendukung PLN, perseroan memiliki lahan seluas 13-15 ribu hektare area di Jawa Barat yang siap untuk ditanami tanaman energi.
“Terkait kemungkinan kita menanam tanaman untuk sumber energi, kami tersedia 13-15 ribu hektare terutama Jawa Barat. Itu siap untuk ditanam tanaman biomassa atau apapun yang diperlukan PLN,” katanya
Program co-firing PLTU PLN telah dimulai pada 2017 dengan uji coba yang mulai dilaksanakan pada 2019.
Hingga 2020, PLN telah mengidentifikasi 52 lokasi PLTU dengan kapasitas total 18.154 MW yang berpotensi dilakukan co-firing biomassa.
Dalam co-firing, sebagian volume batubara untuk bahan bakar PLTU akan disubstitusi atau dicampur dengan biomassa jenis tanaman energi ataupun sampah dengan kebutuhan biomassa mencapai 9-12 juta ton per tahun.
Metode co-firing di dalam program transformasi PLN diharapkan akan dapat mendukung peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) hingga 23 persen pada 2025 sekaligus mendukung komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 29 persen pada 2030. (Ant)