Eksplorasi.id – Sejumlah perusahaan vendor dan konsorsium bagian minyak dan gas bumi dituntut lihai menciptakan peluang baru. Sebab, berharap ke sektor Migas bagian hulu tidak sementereng beberapa tahun lalu.
PT Siak Pertambangan Energi (SPE) misalnya. Selain tidak mendapatkan proyek tender di Badan Operasi Bersama (BOB) PT BSP-Pertamina Hulu, juga tidak main di bagian konsorsium. Peluang untuk merebut pekerjaan di bagian induk perusahaan Migas itu dirasakan sangat sempit. Akibatnya, perusahaan BUMD Siak ini beberapa mengurangi tenaga kerja dan menawarkan karyawannya untuk pensiun dini.
Direktur PT SPE Irwan mengatakan, sempitnya ruang bagi SPE mendapatkan pekerkaan di BOB PT BSP-Pertamina Hulu bukan saja karena persaingan antar vendor. Melainkan pekerjaan itu betul yang tidak sebanyak tahun -tahun sebelumnya. Hal tersebut akibat jatuhnya harga minyak dunia ke 30 USD perbarel.
“Saat ini memang harga minyak naik, 42 USD per barel, namun belum ekonomis bagi perusahaan Migas. Harusnya berada pada 60 USD perbarel, mungkin banyak peluang kerja bagi vendor,” kata dia.
Sementara PT BSP punya 2 rig dengan total aset mencapai Rp 62 miliar. Kedua rig itu hanya standby sejak 2 tahun belakangan karena tidak ada yang akan dikerjakan. Untuk tenaga kerja yang dibutuhkan di 1 rig mencapai 85 orang. Kini, tenaga kerja tersebut disuruh bekerja di tempat lain terlebih dahulu.
“Memang situasinya tidak bisa kita paksakan, ruang sangat sempit pada sektor hulu saat ini. Untuk menggerak perusahaan ini, kita mesti merambah ke sektor hilir,” ujar Irwan.
Eksplorasi | Aditya